![]() |
Tomohon|||CK – Badan Gizi Nasional (BGN) terus memperkuat komitmen menghadirkan makanan sehat, aman, dan bergizi bagi anak-anak Indonesia melalui Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Salah satu langkah strategisnya adalah dengan memberikan pelatihan khusus kepada 450 petugas penjamah makanan di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa. Bertempat di Villa Grand Master Tomohon, Minggu 28 September 2025.
Dengan menghadirkan lima narasumber dari lembaga terkait, yaitu Persatuan Ahli Gizi Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tomohon, BPJS Ketenagakerjaan, serta Dinas Kesehatan Kota Tomohon.
Kepala DLH Kota Tomohon John Kapoh yang diwakili oleh Hendro Fredrik Lapong, yang juga hadir sebagai narasumber, menekankan pentingnya sanitasi dalam pengelolaan dapur SPPG.
“Sanitasi yang baik memastikan makanan yang disajikan aman, sehat, dan bergizi. Jika dapur kotor, makanan bisa tercemar bakteri, virus, atau bahan kimia berbahaya, yang pada akhirnya bisa menyebabkan penyakit seperti diare, keracunan, dan infeksi. Hal ini tentu merugikan kesehatan anak-anak dan juga nama baik program MBG,” jelas Lapong.
Ia memaparkan sejumlah prinsip utama sanitasi dapur, di antaranya Air bersih dan aman untuk mencuci bahan, peralatan, serta air minum. Kebersihan diri petugas, termasuk kewajiban mencuci tangan pakai sabun, penggunaan alat pelindung diri seperti celemek, penutup kepala, sarung tangan, dan masker. Peralatan bersih dengan pemisahan alat antara bahan mentah dan matang. Kebersihan ruang dapur, yang harus terang, berventilasi baik, dan bebas genangan air. Pengelolaan sampah, dengan pemilahan organik dan anorganik, serta pembuangan rutin setiap hari.
Lebih jauh, Lapong menekankan Sistem drainase harus mengalirkan air limbah ke bak lindi sesuai standar tanpa membuang sisa bahan baku atau makanan agar tidak terjadi penyumbatan.
Ventilasi sebaiknya menggunakan exhaust fan untuk menjaga sirkulasi udara yang sehat, serta mendukung kenyamanan dan Kesehatan keselamatan para pekerja.
Lanjutnya, PH Air sehat untuk konsumsi sesuai Standart pH 6,5-8,5. Permenkes No./Menkes/Per/lV/2010 dan rekomendasi WHO. “Air harus bebas dari bakteri patogen, tidak berbau, jernih, dan tidak tercemar zat berbahaya seperti logam berat. Uji kualitas air harus dilakukan secara berkala, minimal setiap enam bulan di laboratorium terakreditasi,” katanya.
Menurutnya, sumber air yang bisa digunakan untuk dapur MBG meliputi air PDAM atau air tanah yang sudah melalui proses pengolahan memadai. Hal ini penting untuk menjamin bahwa makanan yang dikonsumsi anak-anak benar-benar aman.
DLH Kota Tomohon menegaskan komitmennya untuk terus melakukan sosialisasi, edukasi, dan pendampingan kepada petugas SPPG terkait sanitasi, pengelolaan sampah, hingga pengendalian hama. Monitoring kualitas air juga menjadi bagian penting dalam pengawasan lingkungan dapur.
“Kami akan terus mendampingi pengelolaan limbah organik maupun anorganik, memastikan tidak ada sampah menumpuk yang dapat memicu munculnya lalat, kecoa, atau tikus. Semua ini demi menjaga lingkungan kerja yang bersih dan sehat,” tegas Lapong.
Selain fokus pada sanitasi, pelatihan ini juga membahas perlindungan kerja petugas melalui BPJS Ketenagakerjaan, standar pengawasan pangan oleh BPOM, serta pemenuhan standar gizi oleh ahli gizi. Dengan kolaborasi lintas sektor ini, diharapkan program MBG benar-benar berjalan sesuai target.
Pada kesempatan itu Lapong menyampaikan pesan motivatif kepada seluruh peserta pelatihan.
“Bersih dapurnya, sehat pangannya, kuat generasinya. Dengan menjaga higienitas dapur, kita bukan hanya menjaga kesehatan anak-anak, tapi juga memastikan keberlanjutan program MBG untuk generasi penerus bangsa,” pungkasnya. (MiRa)