![]() |
Meiske Mamangkey, S.Pd., Wakil Kehumasan SMAKER 1 Tomohon (Foto Ist) |
Tomohon|||CK – Tak ada sorak-sorai. Tak ada konvoi keliling kota. Senin (5/5) sore itu, suasana di SMA Kristen 1 (SMAKER) Tomohon justru terasa khidmat.
Di tengah aula yang tertata rapi, para orangtua siswa berdatangan satu per satu. Mereka tidak datang untuk merayakan, mereka datang untuk menerima kabar penting, 266 siswa kelas XII dinyatakan lulus, semuanya, tanpa terkecuali.
“Lulus 100 persen. Ini bukan sekadar angka. Ini cermin dari kerja keras tiga tahun, dari komitmen guru, dan disiplin siswa,” tegas Meiske Mamangkey, S.Pd., Wakil Kehumasan SMAKER 1, kepada citakawanua.com.
Tahun ini, SMAKER 1 Tomohon memilih pendekatan berbeda dalam pengumuman kelulusan. Siswa dilarang hadir. Hanya orangtua yang diundang. Sebuah keputusan berani yang bukan tanpa alasan.
“Kami ingin menanamkan makna: kelulusan adalah awal perjalanan, bukan puncak pesta. Kami ingin anak-anak merenung, bukan berpesta,” ujar Mamangkey.
Sebanyak 266 nama, diantaranya 107 putra dan 159 putri, hari itu resmi dilepas dari bangku sekolah. Tapi tak ada peluit panjang tanda akhir. Justru yang terdengar adalah pesan panjang tentang tanggung jawab, karakter, dan teladan.
“Kami tidak hanya ingin mereka pintar, tapi juga benar. Lulusan SMAKER harus bertumbuh dan berbuah. Tidak hanya cerdas, tapi juga menjadi berkat,” tandasnya.
Langkah SMAKER 1 menahan euforia, di tengah budaya kelulusan yang identik dengan kebisingan, adalah pernyataan sikap.
Bahwa mendidik bukan hanya soal lulus, tapi soal menjadi. Dan hari itu, mereka melepas 266 benih masa depan, diam-diam, tapi dengan suara yang nyaring, integritas. (Mq)