![]() |
TOMOHON|||CK - Wartawan Senior yang saat ini dipercayakan sebagai Koordinator Wilayah IJTI Sulut, Amanda Komaling, menjadi pemateri dalam Pelatihan Jurnalistik Pariwisata yang digelar Dinas Pariwisata Kota Tomohon pada 20–22 November 2025.
Di hadapan peserta yang diikuti oleh para wartawan biro Tomohon, Amanda menegaskan bahwa media memegang peran sentral dalam membangun citra, memperkuat branding, serta mendorong keberlanjutan pariwisata daerah.
Menurutnya, pariwisata modern tidak dapat dilepaskan dari kolaborasi penta helix pemerintah, akademisi, industri, komunitas, dan media. “Kita membutuhkan lingkaran ini agar pariwisata bisa berkelanjutan,” ujar Amanda, yang diketahui sebagai Ahli Pers dari Dewan Pers perwakilan Sulawesi Utara.
Amanda menyoroti perbedaan mendasar antara promosi dan branding, dan menegaskan bahwa media berada di posisi strategis sebagai penghubung keduanya.
“Promosi tanpa branding akan hampa, sementara branding tanpa promosi tidak akan terdengar. Media menjadi jembatan utama untuk memperkuat keduanya,” jelasnya. Ia juga mengingatkan pentingnya self branding bagi jurnalis melalui profesionalitas kerja.
Pada kesempatan itu, Amanda menekankan bahwa jurnalis bekerja dalam koridor UU Pers No. 40/1999, sedangkan konten kreator berada di luar payung hukum tersebut. “Konten kreator bisa dihargai mahal, tetapi aturan mainnya berbeda. Jurnalis bekerja untuk kepentingan publik, dilindungi undang-undang, dan bertanggung jawab pada kode etik,” katanya.
Selain itu, Amanda juga mengingatkan pentingnya konten visual yang kuat dalam liputan pariwisata foto, video, dan narasi yang menggugah minat wisatawan.
“Pariwisata butuh gambar yang menyejukkan mata, cerita yang hidup, dan pendekatan dinamis. Itu yang membuat destinasi terlihat,” ujarnya.
Salah satu penekanan penting Amanda adalah tanggung jawab media memberi ruang bagi masyarakat lokal yang tidak memiliki akses untuk mempublikasikan potensi mereka.
“Tugas kita menemukan komunitas dengan potensi besar tetapi tidak punya panggung. Media hadir untuk mengangkat mereka,” katanya.
Ia mencontohkan petani bunga, pengerajin bambu, serta pelaku agrowisata di Tomohon sebagai potensi yang perlu lebih banyak diangkat media.
![]() |
Amanda mengingatkan bahwa promosi pariwisata tidak boleh mengabaikan aspek keberlanjutan lingkungan, budaya, dan perilaku wisatawan.
“Media harus menjadi pengingat tentang pentingnya menjaga lingkungan, menerapkan pariwisata ramah lingkungan, dan melindungi budaya lokal,” kata Amanda, sembari menyinggung kasus sampah wisatawan yang pernah terjadi di Sulut.
Ia mengingatkan bahaya informasi palsu atau sensasional yang dapat merugikan destinasi. “Informasi yang tidak akurat bisa menghancurkan citra pariwisata. Tugas media adalah mengawal kebenaran,” tegasnya.
Infrastruktur digital yang belum merata juga menjadi tantangan, meskipun Tomohon disebutnya relatif sudah maju.
Amanda memaparkan studi kasus tiga destinasi besar yang cepat pulih pasca pandemi karena kolaborasi kuat antara pemerintah, masyarakat, dan media.
“Mereka tumbuh karena medianya sadar bahwa pariwisata adalah tulang punggung ekonomi,” jelasnya.
Amanda mengingatkan agar jurnalis tidak bergantung pada kecerdasan buatan. “AI bisa membantu, tetapi tidak bisa menggantikan sentuhan lapangan, empati, dan nilai kemanusiaan dalam sebuah berita. Jangan biarkan karya jurnalistik hanya menjadi hasil copy-paste AI,” tegasnya.
Ia menutup materi dengan pesan praktis, penampilan yang rapi, etika yang baik, serta profesionalitas adalah bagian penting dari membangun kepercayaan narasumber.
“Jurnalis dikenal dari karyanya, tetapi dihormati dari sikap dan etika kerja, jika lakukan peliputan apalagi bertemu dengan pejabat, setidaknya berpakaian dengan rapi,” kata istri tercinta dari Reydy Sumual.
(MiRa)












